Kamis, 15 Desember 2011

Pesta Danau Toba Harus Lestarikan Tradisi Batak


Budayawan asal Tapanuli, Thompson Hutasoit, mengatakan, penyelenggaraan Pesta Danau Toba di Sumatera Utara harus mampu memperlihatkan kekayaan nilai budaya dan menghidupkan kembali berbagai tradisi Batak yang dewasa ini mulai terlupakan. "Selain menjadi ajang promosi pariwisata, Pesta Danau Toba yang akan digelar pada 27-30 Desember 2011 tersebut diharapkan mampu melestarikan budaya dan tradisi Batak yang semakin terlupakan," katanya di Balige, Jumat (9/12/2011).

Direktur Artistik Pelatihan Opera Batak itu menilai, perhelatan akbar Pesta Danau Toba belum bisa dikategorikan sebagai paket menarik bagi dunia luar karena pengelolaannya tidak ditangani secara profesional.

Dengan demikian, kata Thompson, potensi yang dimiliki danau terluas di Indonesia itu belum berkembang secara optimal. Padahal, industri pariwisata bisa menjadi sektor andalan yang mampu menarik wisatawan lokal dan turis mancanegara.

Menurut Thompson, komunikasi yang dijalin panitia dengan masyarakat sekitar Danau Toba sangat minim. Bahkan, keterlibatan seniman lokal dinilai masih belum maksimal sehingga semakin menjauhkan harapan dari pelaksanaan Pesta Danau Toba itu sendiri.

Seharusnya kegiatan Pesta Danau Toba tersebut dapat memberikan ruang bagi para seniman dan budayawan untuk mengapresiasikan atraksi budaya sebagai pintu masuk bagi kemajuan industri pariwisata melalui kerja sama yang terbangun antara panitia pelaksana dan segenap pemangku kepentingan lainnya. "Pelaksanaan Pesta Danau Toba jangan sebatas seremonial belaka, tetapi harus bisa memberikan dampak positif terhadap kemajuan dan pembangunan kawasan Danau Toba itu sendiri," katanya.

Ia menambahkan, pengelolaannya jangan asal diberikan kepada orang yang merasa menguasai kegiatan Pesta Danau Toba tersebut, tetapi hendaknya lembaga atau partai yang concern dengan isu lingkungan hidup, terutama Danau Toba.

Pengamat budaya lainnya, Sahal Simanjuntak dari Balige, menyebutkan, keandalan para pengelola Pesta Danau Toba dituntut secara maksimal dalam mengembangkan potensi danau vulkanik sepanjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara itu.
Potensi kesenian lokal berpeluang besar mengangkat citra Danau Toba untuk promosi internasional sehingga perhelatan besar itu tidak dikategorikan sebagai pesta bertaraf kampung.

Menurut Simanjuntak, bukan hanya para seniman dan budayawan yang tidak puas dengan pihak pengelola Pesta Danau Toba dan Pemprov Sumut, melainkan sejumlah birokrat juga merasakan hal serupa. Sebab, seyogianya pesta rakyat itu harus mampu menghidupkan kembali berbagai tradisi Batak yang hampir terlupakan. "Potensi Danau Toba sebenarnya luar biasa, tetapi industri pariwisata sudah lama terpuruk sejak krisis tahun 1997," katanya.

Sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat anda berkomentar,mohon jangan menulis kata-kata yang kotor dan menulis kata-kata yang tidak berkaitan dengan Artikel yang anda baca.Selengkapnya,silakan baca disini.Jika anda melanggarnya,komentar yang anda sampaikan akan saya hapus.