Rabu, 29 Agustus 2012

Download Harvest Moon Back To Nature + PSX Emulator

Dalam posting kali ini,saya akan membagikan games PS1 Harvest Moon Back To Nature.Untuk bermain di komputer,anda perlu men-download sebuah Emulator.Berikut beberapa screenshots dari HM BTN :



Berikut Link Download-nya :
HM BTN ver.bahasa Indonesia
Password : fattahblog
PSX Emulator
Password : fattahblog

Cara Install HM BTN di komputer :
  • Tempatkan dalam folder yang sama (dengan membuat folder baru . contoh : HM BTN)
  • Extract kedua file hasil download (Harvest Moon : Back to Nature + Psx Emulator)
  • Buka folder PSX 1.13 dan double click pada psxfin.exe 
  • Setelah programnya terbuka , klik menu File - Insert CD Image

  • Kemudian setelah di klik Insert CD Image , browse dimana file Harvest Moon : Back to Nature.iso yang kalian extract tadi
  • Setelah ditemukan , klik Open .
  • Enjoy it 
Cara Save dan Load :
  • Untuk SAVE :
  • Main seperti biasa, setelah dirasa sudah pas, silahkan klik menu File, lalu pilih Save State. beri nama file save-an nya. Selesai.
  • Untuk LOAD :
  • Pertama, buka psX nya terlebih dahulu, lalu klik menu File, dan pilih Insert CD Image. browse dimana file .iso Harvest Moon nya.
  • Setelah selesai, klik lagi menu File, dan klik Load State. browse kembali file save-an kalian tadi. klik ok. maka secara otomatis gameplay akan kembali seperti saat terakhir kita bermain.
  • Jika anda tidak mengikuti langkah LOAD di atas (langsung pilih file - load state tanpa insert CD Image terlebih dahulu),maka akan muncul tulisan "read without driver" yang sangat panjang ke bawah di tampilan command prompt
  • Jika anda mengikuti langkah LOAD di atas,maka akan muncul pesan "cuebin : No.cue file found! Will....."

Status File :
- Telah dicoba dan berfungsi dengan baik (Windows XP SP3)
- No Virus Detected



»»  Baca Selengkapnya...

Senin, 20 Agustus 2012

Kluster Galaksi Paling "Subur" di Semesta

Galaksi SPT-CLJ2344-4243, atau disebut Phoenix berdasarkan rasi bintang di mana kluster galaksi itu berada, dinyatakan sebagai kluster galaksi yang paling "subur" di alam raya. Bagaimana tidak, galaksi di tengah kluster itu mampu "melahirkan" 740 bintang dalam setahun!

Ilustrasi galaksi di tengah kluster Phoenix yang mampu memprodukai 740 bintang dalam setahun.

Kesuburan kluster galaksi tersebut memecahkan rekor. Sebelumnya, kluster galaksi yang dinyatakan paling subur adalah Abell1835. Kluster galaksi itu mampu melahirkan 100 bintang dalam setahun.

"Jika Anda melihat kluster galaksi umumnya, bagian tengah kluster galaksi itu hanya membentuk bintang dengan kecepatan sekali dalam setahun. Ini jauh berbeda," ungkap Michael McDonald, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology.


Phoenix berjarak 7 miliar tahun cahaya dari Bumi. Kluster galaksi ini memiliki ribuan galaksi yang bervariasi dalam ukurannya, mulai dari yang kerdil hingga masif. Kluster galaksi ini ditemukan pada tahun 2010 lewat pengamatan dengan South Pole Telescope.


Dengan kemampuan melahirkan bintangnya, kluster galaksi ini juga merupakan galaksi yang paling masif. Massanya 2.000 kali lebih besar dari Bimasakti atau 2,5 kuadriliun lebih masif dari Matahari.


Kluster galaksi yang menandingi hanyalah kluster El Gordo. Namun, karena massa El Gordo belum bisa dipastikan saat ini, lewat pengukuran lebih cermat maka bisa saja Phoenix yang lebih masif.


Phoenix menarik bukan hanya dari segi subur dan masifnya. Kluster ini juga istimewa sebab mampu memberikan bukti proses pembentukan bintang yang selama ini hanya dipahami dalam teori.


Gas dari supernova dan galaksi sekitarnya akan mengalir ke tengah kluster galaksi, mendingin, terkondensasi, dan membentuk bintang. Selama ini, astronom belum mendapatkan bukti kebenaran teori itu.


"Bagian tengah galaksi sering kali disebut 'merah dan mati'. Tapi bagian tengah galaksi ini seolah-olah hidup dan melahirkan banyak bintang baru," papar McDonalds seperti dikutip
Space, Rabu (15/8/2012).

Phoenix juga merupakan galaksi paling terang dalam pengamatan sinar-X 35 persen lebih terang dari pemegang rekor sebelumnya. Ini menandakan bahwa pendinginan di tengah kluster itu juga paling cepat.


Menurut ilmuwan, pendinginan di sebuah kluster galaksi bisa terganggu oleh adanya lubang hitam. Lubang hitam supermasif yang ada di tengah kluster galaksi bisa mengemisikan energi yang memanaskan lagi inti kluster itu.


Di kluster galaksi Phoenix, diduga lubang hitam tidak mengemisikan banyak energi pada waktu di mana manusia sekarang melihatnya. Belum jelas mengapa bisa demikian. Yang pasti, lubang hitam yang "tak bekerja" inilah yang membuat Phoenix spesial.


kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Senin, 06 Februari 2012

Dua Bulan Baru Jupiter Ditemukan

Astronom menemukan dua bulan baru yang mengorbit planet Jupiter. Dengan penemuan ini, jumlah bulan planet terbesar di tata Surya itu bertambah menjadi 66 buah.



Dua bulan baru Jupiter itu disebut S/2011 J1 dan S/2011 J2. Keduanya berhasil diidentifikasi menggunakan Magellan Baade Telescope di Las Campanas Observatory, Chile, pada 27 September 2011.

Dua bulan yang ditemukan merupakan anggota dari objek terkecil di Tata Surya. Diameter kedua bulan baru Jupiter itu hanya sekitar 1 km.

Dengan demikian, tak seperti empat bulan besar Jupiter lain yang mudah dilihat dengan teleskop sederhana, kedua bulan ini tampak amat redup sehingga sulit diamati. Jarak kedua bulan dengan Jupiter amat jauh sehingga butuh waktu 580 hari dan 726 hari bagi kedua bulan untuk mengelilingi Jupiter.

"Bulan-bulan ini adalah bagian dari kawanan objek retrograde terluar di sekeliling Jupiter," kata Scott Sheppard, ilmuwan dari Department of Terrestrial Magnetism di Carnegie Institute for Science, Washington.

Retrograde adalab bulan atau satelit yang mengorbit berlawanan dengan arah rotasi planet. S/2011 J1 dan S/2011 J2 adalah dua dari 52 bulan Jupiter yang termasuk retrograde.

Sheppard mengatakan bahwa Jupiter kemungkinan memiliki lebih banyak satelit lagi. Dan, diantara banyak satelit, banyak yang merupakan bulan-bulan mini layaknya S/2011 J1 dan S/2011 J2.

Ilmuwan mengungkapkan, S/2011 J1 dan S/2011 J2 termasuk dalam jenis bulan ireguler, mengorbit planet pada jarak jauh serta memiliki orbit eksentrik dan cenderung miring.

Karena karakteristik orbit itu, kedua bulan itu diperkirakan adalah sebuah komet atau asteroid yang di masa lalu "tertangkap" oleh gaya gravitasi Jupiter, kemudian berubaha status menjadi bulan.

"Karena bulan-bulan ireguler ini tertangkap pada masa-masa awal Tata Surya, mereka bisa memberi petunjuk bagaimana planet terbentuk dan proses evolusinya," ungkap Sheppard seperti dikutip National Geographic, Kamis (2/2/2012).

Jupiter memiliki 4 satelit besar dan terkenal, yakni Io, Ganymede, Europa dan Callisto. Biasanya, bulan Jupiter diberi nama berdasarkan nama dewa Romawi dan Yunani. 

Publik mungkin mendambakan nama yang lebih familiar pada dua bulan baru yang baru saja ditemukan. Tapi, nama itu baru akan diberikan setelah observasi terhadap bulan baru dilakukan setidaknya selama satu tahun.

Penemuan dua bulan baru Jupiter ini diumumkan di Central Bureau for Astronomical Telegrams, International Astronomical Union, minggu lalu.

kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Sabtu, 04 Februari 2012

Sistem Tiga Bintang Menawarkan Kehidupan

Pernahkah membayangkan hidup di sebuah planet dimana ada tiga bintang? Di masa depan, mimpi itu mungkin akan jadi kenyataan. Astronom baru saja menemukan planet layak huni di sistem tiga bintang.


Apa asyiknya hidup di sana? Penghuni planet tersebut bisa menikmati fajar dan senja dengan tiga bintang. Pemandangan di pantai planet itu, jika ada, akan jauh berbeda dengan di Bumi. Mungkin saja, dunia itu lebih terang dari dunia kita.

Planet yang ditemukan bernama GJ 667Cc. Planet itu mengorbit bintang kerdil redup berjarak 22 tahun cahaya. Sementara, bintang kerdil ini pun mengorbit dua bintang serupa Matahari yang ada pada jarak Matahari-Pluto dari GJ 667Cc.

Astronom mengatakan bahwa planet ini adalah salah satu yang paling mendukung kehidupan. "Planet ini ada pas pada zona layak huni, kasarnya ada di tempat seperti Bumi ada di Tata Surya," kata Guilem Anglada-Escude dari Universitas Gottingen, Jerman.

"Planet ini adalah kandidat terbaik untuk mendukung adanya air dalam bentuk cair dan mungkin kehidupan seperti yang kita tahu sekarang," tambah Anglada-Escude seperti dikutip BBC, Kamis (2/2/2012).

GJ667Cc sebenarnya berjarak dekat dengan bintang utamanya, GJ667C. Namun, karena bintang utamanya lebih dingin daripada Matahari, maka diperkirakan GJ667Cc memiliki suhu sama dengan Bumi.

Planet yang ditemukan masuk dalam kategori super-Bumi, dengan massa 4,5 kali massa Bumi. Planet ini mengorbit bintangnya dalam waktu 28 hari. Jadi, satu tahun di planet ini sama dengan lama bulan Februari di Bumi.

Penemuan ini mengejutkan para ilmuwan. Pasalnya, sistem bintang tempat ditemukannya planet ini miskin elemen berat seperti besi, karbon dan silikon. Penemuan ini membuktikan bahwa planet layak huni bisa ditemukan di tempat yang jauh di luar dugaan.

Berdasarkan publikasi New Scientist, Kamis, selain memiliki GC667Cc, bintang kerdil GC667C diduga juga memiliki 2 planet lain yang ada di luar zona layak huni, masing-masing mengorbit bintang dengan periode 7,2 hari dan 75 hari.

Untuk menemukan planet ini, astronom menggunakan data Eurpean Southern Observatory digabung dengan WM Keck Observatory di Hawaii dan Carnegie Planet Finder-Spectograph di Magellan II Telescope di Chile.

Steven Voght dari Universitas California, Berkeley, mengatakan, penemuan ini memberi petunjuk adanya planet lain yang belum ditemukan, yang mungkin sulit ditemukan dengan teleskop atau wahana antariksa yang ada sekarang.

Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Ditemukan Planet yang Diduga Bisa Dihuni Lagi

Kelompok ilmuwan internasional menyatakan telah menemukan planet bumi super yang diduga bisa dihuni. Seperti disebutkan dalam Astrophysical Journal Letters, Kamis (2/2/2012), waktu orbit planet tersebut sekitar 28 hari dan massa paling kecilnya ialah 4,5 kali dari bumi.

Bintang utama planet yang dijuluki GJ 667C.

Tim tersebut terdiri dari ilmuwan asal Universitas California, ahli perbintangan Santa Cruz (UCSC) bernama Steven Vogt dan Eugenio Rivera serta dipimpin oleh Guillem Anglada-Escud, serta Paul Butler dari Institusi Ilmu Pengetahuan Alam Carnegie. Hasil temuan mereka, jalur planet tersebut berada di lingkup kawasan bintang-bintang yang dapat dihuni, yang bersuhu tidak terlalu panas atau pun terlalu dingin bagi cairan di permukaan planet tersebut.

Para peneliti itu menemukan sejumlah bukti mengenai setidaknya satu atau mungkin dua bahkan tiga planet tambahan yang mengelilingi bintang dengan jarak sekitar 22 tahun cahaya dari bumi.

Bintang besar dari planet tersebut merupakan anggota sistem tri-bintang dan memiliki materi yang berbeda dari matahari dengan mengandung lebih sedikit jumlah unsur yang lebih berat daripada helium seperti besi, karbon dan silikon. Penemuan ini menandakan, bahwa kemungkinan adanya planet yang dapat dihuni bisa terjadi di tingkat lingkungan lebih luas ketimbang yang dipercaya sebelumnya.

Bintang utama planet yang dijuluki GJ 667C tersebut merupakan bintang kecil tingkat M. Dua bintang lainnya di sistem tri-bintang (GJ 667 AB) merupakan sepasang bintang kerdil berwarna jingga tingkat K dengan inti zat seberat hanya sebesar 25 persen dari matahari kita. Unsur tersebut merupakan tumpuan pembentukan sejumlah planet di jagat raya sehingga dianggap tidak mungkin bagi sistem bintang yang mengandung sedikit logam memiliki planet bermassa rendah.

"Hal itu sepertinya diharapkan menjadi bintang yang tidak biasa yang memiliki planet. Namun mereka ada di sana, di dekat lingkup sekitarnya dan menjadi contoh bintang yang kebanyakan mengandung sedikit unsur logam di galaksi kita," kata Vogt, Profesor Astronomi dan Astrofisika di UCSC.

Vogt mengatakan, penemuan planet tersebut dengan jarak yang dekat dan waktu yang cepat menjelaskan, bahwa galaksi Bima Sakti pasti dipenuhi dengan miliaran planet berbatu yang kemungkinan dapat dihuni.


Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Kamis, 02 Februari 2012

Pahatan Wajah Manusia di Angkasa

Teleskop yang ada di Cile berhasil menangkap citra sebuah nebula atau kabut kosmis. Uniknya, nebula yang menjadi tempat kelahiran bintang tersebut tampak seperti pahatan wajah manusia di angkasa.



Situs Space.com, Rabu (1/2/2012), menyatakan bahwa nebula yang dimaksud ialah NGC 3324. Nebula tersebut penuh dengan bintang muda yang radiasi ultravioletnya menyebar ke segala arah.

Dalam gambar di bagian kanan, ada awan dan debu angkasa yang jika dicermati mirip dengan wajah manusia dilihat dari sisi samping kanan.

Citra ini ditangkap oleh Wild Field Imager di teleskop MPG/ESO 2,2 meter. NGC 3324 sering juga disebut Nebula Gabriela Mistar, sesuai nama seorang penerima nobel asal Cile.

Citra NGC 3324 tampak warna-warni, menunjukkan radiasi yang dikeluarkan oleh bintang-bintang di nebula itu. Tiap warna merepresentasikan hal yang berbeda.

Warna merah jambu memperlihatkan proses pengubahan susunan elektron dalam atom hidrogen. Sementara warna kuning kehijauan menunjukkan proses ionisasi oksigen.

NGC 3324 terletak pada jarak 7.500 tahun cahaya dari Bumi. Jutaan tahun lalu, nebula ini sangat aktif dan "melahirkan" bayi-bayi bintang dalam jumlah banyak.

kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Rahasia Lingkungan Luar Tata Surya Terkuak

Rahasia lingkungan di luar Tata Surya sedikit terungkap setelah beberapa ilmuwan menemukan bahwa lingkungan di luar pengaruh Matahari berbeda, serta jauh lebih aneh dari yang dibayangkan.



Planet pengembara dalam ilustrasi rekaan NASA 

Perbedaannya adalah pada jumlah oksigen. Ada lebih banyak oksigen yang terdapat di Tata Surya daripada di interstellar atau wilayah antarbintang.

Ilmuwan belum mengetahui sebabnya. Namun, ada kemungkinan materi yang mendukung kehidupan tersembunyi di debu atau es angkasa.

"Kami menguak teka-teki besar bahwa material di luar Tata Surya berbeda dengan yang ada di dalam," kata David McComas dari Southwest Research Institute, Texas, seperti dikutip AP, Selasa (31/1/2012).

Terkuaknya teka-teki ini tak lepas dari jasa wahana antariksa Interstellar Boundary Explorer (Ibex), yang diluncurkan tahun 2008. Wahana antariksa itu diutus untuk mempelajari lingkungan batas Tata Surya di mana aliran partikel dari Matahari bertumbukan dengan gas dingin di area antarbintang.

Mengelilingi dari jarak 320.000 km di atas Bumi, Ibex mendeteksi partikel yang mengalir ke Tata Surya. Gelembung pelindung yang mengelilingi Matahari dan planet mencegah radiasi kosmik masuk, tetapi partikel netral bisa lewat dengan mudah sehingga Ibex bisa mengetahui distribusinya.

Meski lingkungan luar Tata Surya memiliki oksigen lebih sedikit, hal ini tak selayaknya menjadi alasan dihentikannya pencarian planet mirip Bumi.

Geoff Marcy dari Universitas California Berkeley mengatakan, ada banyak oksigen di bintang lain dalam wilayah Bimasakti dan di luar wilayah tempat biasa terbentuk bintang dan planet.

Ilmuwan juga masih bisa berharap pada hasil penelitian wahana antariksa Voyager yang diluncurkan tahun 1977 dan mengeksplorasi perbatasan Tata Surya sejak 2004. Dalam beberapa bulan lagi, Voyager akan memasuki wilayah antarbintang dan siap menguak rahasia lain.

kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Asteroid 433 Eros Menuju Titik Terdekat Bumi

Selasa (31/1/2012) besok, Asteroid 433 Eros akan menuju titik terdekatnya dengan Bumi dalam kurun waktu 37 tahun terakhir. Asteroid selebar 34 km ini akan berada pada jarak hanya 26,7 juta kilometer.



Bagi astronom amatir, kedekatan asteroid memberi kesempatan untuk melakukan pengamatan. Kesempatan pengamatan ini tergolong langka. Jika melewatkan kesempatan ini, maka warga Bumi harus menunggu hingga tahun 2056. 

Situs Universe Today, Senin (30/1/2012), melaporkan bahwa asteroid ini nantinya akan tampak pada magnitud 8 atau 7. Cukup redup memang. Jadi, perlu teleskop mumpuni untuk mengamati asteroid ini. 

Mutoha Arkanuddin dari Jogja Astro Club, Senin (30/1/2012), mengatakan, "Eros akan tampak di rasi Sextans. Rasi ini terbit sekitar pukul 20.00 WIB di sebelah timur dan semakin malam akan semakin bergerak ke barat."

Pengamat bisa mulai mengamati kira-kira setelah waktu Isya. Pengamatan bisa dilakukan hingga tengah malam. Jika mengamati tengah malam, Sextans akan berada di sebelah barat Mars yang tampak kemerahan. 433 Eros sendiri akan tampak sebagai titik cahaya.

Asteroid 433 Eros adalah asterorid tipe S, terdiri dari besi dan magnesium silikat. Asteroid ini ditemukan oleh Carl Gustav Witt di Berlin dan Auguste Charlois di Nice pada tanggal 13 Agustus 1898.

Orbit asteroid 433 Eros oval memanjang serta memasuki orbit Mars. Hal ini memungkinkan para astronom mengamati asteroid ini sekaligus meneliti kembali jarak Bumi dengan Matahari lewat uji parallax. 

Mutoha mengatakan, uji parallax biasa digunakan dalam pengukuran jarak antar planet. Uji dilakukan dengan melihat sudut antara dua benda untuk menentukan jaraknya. Uji parallax untuk meneliti kembali jarak Bumi-Matahari menjadi proyek besar yang melibatkan astronom profesional dan amatir di dunia. 

Meski 433 Eros akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi, namun secara absolut sebenarnya jaraknya masih jauh, mencapai jutaan kilometer. Karenanya, tak perlu khawatir. Asteroid ini tak menimbulkan bahaya apa pun bagi warga Bumi.


»»  Baca Selengkapnya...

11 Tata Surya Baru Ditemukan

Sejumlah 11 tata surya baru yang memiliki jumlah total 26 planet ditemukan. Penemuan dideskripsikan di empat karya tulis berbeda di Astrophysical Journal dan Monthly Notice of the Royal Astronomical Society bulan ini.



Penemuan bisa dilakukan berkat jasa wahana antariksa Kepler. Dengan penemuan ini, Kepler telah mengonfirmasi 61 planet dan menemukan 2.300 kandidat planet. Penemuan sekaligus menegaskan bahwa Bimasakti dipadati tata surya dan planet.

Tata surya yang berhasil ditemukan disebut Kepler 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33. Tiap-tiap tata surya punya dua sampai lima planet. Jarak planet dengan bintang di tiap tata surya relatif dekat dengan waktu orbit berkisar dari 6-143 hari. 

Lima tata surya (Kepler 25, 27, 30, 31, dan 33) punya dua planet. Satu kali revolusi planet terluar sama dengan dua kali revolusi planet terdalam. Empat tata surya lain (Kepler 23, 24, 28, 32) punya dua planet. Planet terluar mengorbit bintang dengan waktu tiga kali lebih lama dari planet terdalam. 

Tata surya yang memiliki planet terbanyak adalah Kepler 33. Bintang pada tata surya ini lebih tua dan masif dibandingkan Matahari serta memiliki planet yang jarak orbitnya relatif dekat.

Ukuran planet yang terdapat di 11 tata surya tersebut bervariasi, antara seukuran Bumi hingga lebih besar dari Jupiter. Namun, masih harus diteliti lagi apakah planet tersebut merupakan planet batuan seperti Bumi dan memiliki atmosfer.

Tata surya dan planet ditemukan dengan metode planet transit, yakni melihat kedipan cahaya bintang akibat adanya planet yang lewat di mukanya. Verifikasi planet dilakukan dengan teknik variasi waktu transit. 

Sejumlah peneliti yang terlibat penemuan ini adalah Eric Ford dari Universitas Florida, Dan Fabrycky dari Universitas California, Jason Steffen dari Fermilab Center for Particle Astrophysics, dan Jack Lissauer dari NASA.

kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Sabtu, 28 Januari 2012

10 Tempat Seru Belajar Misteri Kehidupan Laut

Berikut tempat-tempat seru di dunia yang menjadi pusat belajar kehidupan laut, seperti dikutip Bootsnall:


Pulau Komodo,Indonesia


Berenang bersama ubur-ubur di Palau


Laut Cortez, Meksico

Terletak di antara pesisir barat Meksiko dan semenanjung Baja di California Selatan, Laut Cortez dinamakan sebagai "Akuarium Dunia". Lebih dari selusin spesies paus mengunjungi laut yang relatif dangkal ini. Belum lagi sekumpulan besar lumba-lumba, hiu kepala martil, pari elang, dan singa laut yang berenang menyusuri perairan yang juga dijuluki 'Penakluk Spanyol' ini.

Diantara hewan-hewan laut tersebut juga ada salah satu ikan tropis yang hanya bisa ditemukan di laut ini, yaitu ikan blenny browncheek. Ini adalah ikan tropis berbadan panjang yang memiliki pipa pernapasan di bawah organ invertebratanya.

Pulau Utila, Honduras

Pulau ini menarik banyak penyelam untuk melihat ikan terbesar di dunia, yakni ikan hiu raksasa. Ikan terbesar di dunia ini berhabitat asli di perairan pulau ini dengan memakan plankton-plankton. Wisatawan dapat menyelam dan berenang bersama, didampingi pemandu dijamin aman karena hewan ini hanya mengonsumsi plankton.

Pulau Komodo, Indonesia

Pulau Komodo merupakan habitat alami kadal terbesar di dunia. Komodo kini populasinya sudah semakin langka dan dilindungi. Kehebatan Pulau Komodo tidak hanya ada di atas permukaan tanah juga di bawah laut.

Perairan Pulau Komodo dihidupi hewan-hewan laut, seperti dugong, manatee atau sapi laut, kuda laut kerdil, dan banyak lagi. Keberagaman ekosistem Pulau Komodo bahkan membuatnya dijuluki sebagai Galapagos Asia Pasifik.

Galapagos, Ekuador

Galapagos, sebuah kepulauan dengan 19 pulau besar dan lusinan pulau kecil lainnya yang terletak di garis ekuator ini memiliki ekosistem beragam yang istimewa. Keberagaman ekosistemnya membuat ilmuwan Charles Darwin memelajari kepulauan ini dan membuat buku terkenalnya "The Origin of Species". Kepulauan Galapagos diisi hiu-hiu dan satu-satunya iguana yang hidup di dalam laut. Selain itu, juga hidup spesies penguin yang biasanya hanya ditemukan di Antartika.

Beqa, Fiji

Dijuluki sebagai 'Ibu Kota karang lunak dunia' , Kepulauan Fiji terangkai seperti kalung eksotis di Pasifik Selatan, di antaranya Beqam yang terletak di antara dua pulau besar, Viti dan Levu. Terumbu karang dan laguna berada di sekitar Beqa memberikan kesempatan wisatawan melihat karang berwarna-warni juga ikan tropis serta berbagai spesies hiu.



Palau

Republik Palau adalah sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik, 200 km sebelah utara Papua Barat, 255 km sebelah timur Maluku Utara, 500 km sebelah timur Sulawesi Utara, dan 500 km sebelah timur Filipina. Perairan di sekitar Palau adalah tempat dimana Laut Filipina dan Samudra Pasifik bertemu, menjadikannya rumah spesies laut di dunia, termasuk lebih dari 1.300 spesies ikan dan ratusan tipe koral. Salah satu tempat paling menarik adalah Pulau Ali-Malik, dimana penyelam dapat berenang di danau air asin berwarna biru dipenuhi ribuan ubur-ubur tidak beracun.

Visayas, Filipina

Dikenal sebagai perairan yang tenang, Visayas adalah bentangan ribuan pulau di antara Filipina. Berbagai spesies belut, spons, koral hitam, dan kumpulan besar ikan tropis hanya merupakan sebagian kecil contoh kehidupan laut yang berada di perairan ini.

Belize

Belize merupakan perairan yang memiliki terumbu karang terpanjang kedua di dunia. Namun, keberagaman keindahan laut Belize tidak hanya sampai di situ. Di Hunting Caye, sebuah pantai pasir koral merupakan tempat favorit penyelam dapat melihat ratusan ikan barrakuda.

Kepulauan Brothers, Laut Merah, Mesir

Kepulauan yang terdiri dari dua pulau kembar ini terletak di tengah-tengal Laut Merah. Perairan di sekitar kepulauan ini memiliki gunung berapi yang terletak di bawah laut dan merupakan bagian dari Taman Nasional Marine Park Island.

Tontonan utama di perairan kepulauan ini adalah ikan hiunya. Hampir semua jenis ikan hiu ada, mulai dari hiu sirip putih hingga hiu kepala martil. Tak heran bila ini menjadi lokasi perairan yang menantang.

Taman Nasional Kepulauan Channel, California, Amerika Serikat

Lima pulau yang membentuk taman nasional ini terletak di pesisir Santa Barbara dan Ventura, namun terlihat seperti dunia lain. Perairan memiliki gua-gua bawah laut yang gelap, rimbunan rumput laut tebal dan terowongan-terowongan karang alami. Biasanya, perairan ini menyediakan wisata kayak, dimana wisatawan dapat mendayung sambil menunggu melihat penampakan lumba-lumba, ikan paus, singa laut atau anjing laut.



Sumber : okezone.com
»»  Baca Selengkapnya...

Titan Kaya Ragam Bukit Pasir

Wahana antariksa Cassini yang "mengintip" Titan menemukan bahwa lingkungan bulan terbesar di planet Saturnus tersebut kaya akan ragam bukit pasir. Bukit-bukit pasir di Titan sekilas juga tampak bagai bukit pasir yang ada di Bumi.

Ilustrasi bukit pasir di Titan, bulan milik Saturnus.

Ada 4 juta mil wilayah bukit pasir di Titan. Lebar rata-rata bukit pasir adalah 960-1.920 meter, panjang 1.600 meter, dan tinggi sekitar 100 meter. Jarak antara satu bukit pasir dengan bukit pasir lain bervariasi.

Berdasarkan analisis data yang ditangkap Cassini, Alice Le Gall, mantan postdoctoral fellow di Jet Propulsion Laboratory NASA di California, mengungkapkan bahwa variasi ukuran bukit pasir Titan ditentukan oleh letak lintang dan ketinggian. Le Gall menemukan bahwa bukit-bukit pasir yang tinggi lebih ramping dan berjarak lebih lebar satu sama lain. Gap antarbukit pasir terlihat tampak sebagai lapisan pasir tipis. Pasir yang menjadi materi pembentuk bukit pasir banyak terdapat di dataran rendah.

Ditinjau dari letak lintangnya, bukit pasir di Titan lebih banyak tersebar di wilayah ekuatorial, antara 30 derajat lintang utara hingga 30 derajat lintang selatan. Di tiap letak lintang, ciri bukit pasir berbeda. Bukit pasir yang ditemukan di lintang utara memiliki volume yang lebih sedikit. Le Gall dan rekannya, seperti diberitakan Daily Mail, Kamis (26/1/2012), mengungkapkan bahwa hal itu mungkin terkait dengan orbit eliptikal Saturnus.

Setiap musim di Titan berganti setiap 7 tahun waktu Bumi. Akibat orbit eliptikal Saturnus, belahan bumi selatan Titan mengalami musim panas yang lebih singkat dan lebih ekstrem, demikian pula sebaliknya di belahan utara. Konsekuensinya, belahan selatan Titan lebih kering dan angin dengan mudahnya mendistribusikan pasir. Sebaliknya, belahan utara Titan lebih basah atau lembab sehingga bukit pasir sulit terbentuk.

Jangan sangka bukit pasir di Titan benar-benar mirip di Bumi. Bukit pasir di Titan diduga tersusun atas pasir berbahan hidrokarbon yang membeku dan memadat. Ini berbeda dari pasir Bumi yang tersusun atas silikat.

Nicholas Altobelli, ilmuwan proyek Cassini Huygens ESA, mengungkapkan, "Memahami bagaimana bukit pasir terbentuk serta menjelaskan bentuk, ukuran, dan distribusinya di Titan, sangat penting untuk memahami iklim dan geologi Titan."


Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Hujan Radiasi Badai Matahari Tak Seburuk Yang Dibayangan

Ledakan Matahari terbesar dalam 7 tahun terakhir yang terjadi Senin (23/1/2012) pukul 10.59 WIB menyebabkan lontaran massa korona yang akhirnya sampai ke Bumi pada Selasa (24/1/2012) pukul 21.31 WIB.



Sejumlah peringatan berlebihan dikirim lewat Blackberry Messenger dan SMS. Dikatakan bahwa radiasi yang mencapai Bumi tergolong kuat dan masyarakat yang keluar rumah wajib melindungi kulit. Benarkah demikian?

Bahwa ledakan Matahari dan badai Matahari membawa konsekuensi pada radiasi, itu benar. Saat ledakan Matahari terjadi, radiasi dipancarkan ke seluruh angkasa di Tata Surya. Bumi pun dihujani radiasi. Tapi, dampaknya tak seburuk yang dibayangkan.

Todd Hoeksema, astronom Stanford University menuturkan, "Radiasi ultra violet dari Matahari memang meningkat ribuan kali saat ledakan Matahari. Namun, itu di luar atmosfer Bumi. Jumlah sinar ultraviolet yang sampai permukaan sama saja seperti biasa."

"Sinar UV sangat energetic jadi berinteraksi dengan atmosfer, memecah molekul dan mengionisasi atom. Ketika sinar UV bergerak di udara, semakin banyak yang diserap. Kebanyakan diserap pada ketinggian 80-100 mil di atas permukaan," sambung Hoeksema. 

Dengan proses tersebut, kata Hoeksema seperti dikutip Life Little Mysteries Rabu (25/1/2012), peningkatan jumlah sinar ultraviolet yang mencapai Bumi sebenarnya sangat minimal alias tak perlu terlalu dikhawatirkan.

Perlindungan kulit seperti yang dimaksud dalam pesan BBM dan SMS terlalu berlebihan. Manusia di Bumi tak perlu panik. Antisipasi dampak badai Matahari langsung terhadap tubuh hanya perlu diwaspadai oleh para astronot di luar angkasa.

Jika pun perlindungan kulit harus dilakukan, langkah itu tak perlu dikaitkan dengan puncak aktivitas Matahari dan badai Matahari. 

"Yang menjadi masalah adalah dosis kumulatif dari radiasi UV, bukan peningkatan kecil di sini sana," ungkap Hoeksema. Sinar UV diketahui bisa memicu mutasi genetik dan menyebabkan kanker kulit.

"Karena efeknya kumulatif, saya pikir orang harus memakai tabir surya setiap saat," pungkas Hoeksema.

Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Aktivitas Matahari Bersihkan Sampah Antariksa

Puncak aktivitas Matahari yang akan terjadi 2013 mendatang memang mengancam Bumi dengan badai Matahari yang ditimbulkan. Tapi, ternyata peningkatan aktivitas Matahari tersebut juga membawa dampak positif.


Laporan New Scientist, Rabu (25/1/2012) menyatakan bahwa aktivitas Matahari membantu membersihkan sampah antariksa yang menumpuk di orbit rendah Bumi. Ini menjadikan antariksa lebih aman bagi para astronot.

Ketika aktivitas Matahari memuncak, radiasi yang juga meningkat menghangatkan lapisan luar atmosfer Bumi, thermosfer. Suhu yang meningkat menyebabkan lapisan tersebut sedikit mengembang ke angkasa.

Apa konsekuensinya? Sampah antariksa yang terdapat di orbit rendah Bumi akan masuk dalam lapisan thermosfer. Akibatnya, sampah dipaksa masuk kembali ke orbit Bumi lebih cepat dan langsung terbakar. Jumlah sampah pun berkurang.

Orbital Debris Quaterly News NASA melaporkan bahwa pengembangan atmosfer ini telah memacu pembakaran sampah Fengyun-1C, satelit milik Cina, serta sampah wahana milik Rusia Kosmos 2251 dan US Iridium 33 milik Amerika Serikat.

Nicholas Johnson dari NASA mengatakan bahwa aktivitas Matahari ini menguntungkan. Dalam kondisi dimana sampah antariksa makin bertambah, ternyata ada cara alami untuk menghancurkan kembali sampah itu.

Berita buruk datang akibat perubahan iklim. Hugh Lewis dari Universitas Southamton, Inggris, mengungkapkan bahwa perubahan iklim akan membuat Bumi lapisan thermosfer menyusut. Sebagai konsekuensi, sampah antariksa bertahan lebih lama.


Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Badai Matahari Akan Maksimum pada 2013

Badai Matahari yang terpantau Senin (23/1/2012) pukul 10.50 WIB berhasil diantisipasi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Bagi Indonesia, fenomena alam ini tidak memberi pengaruh berarti. Badai Matahari ini diperkirakan akan mencapai ekstrem pada tahun 2013.


Hal ini dikemukakan Deputi Bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, Rabu (25/1/2012), di Jakarta.

Badai Matahari yang ditandai munculnya flare ini masuk skala menengah tinggi (M8-9), dengan indikator pancaran sinar-X yang mencapai 10 - 5 hingga 10 – 4 watt per meter persegi. Badai Matahari disebut mencapai skala sangat kuat (ekstrem) bila berskala 10 – 4 hingga 10 – 3 watt per m2.

Serbuan partikel proton ke Bumi diantisipasi dengan mengalihkan jalur penerbangan jarak jauh dari Amerika Serikat ke Asia dan sebaliknya yang melintasi kutub Utara.

Paparan partikel proton ini tidak berdampak bagi Bumi karena ada lapisan magnetosfer yang menahan partikel tersebut. Radiasi dari badai Matahari juga akan diserap lapisan ozon.

Badai Matahari antara lain pernah menimbulkan dampak pada tahun 1989 dan tahun 2000 bagi sistem kelistrikan di negara- negara di lintang tinggi dan dekat kutub, antara lain Kanada.

Pantauan di Indonesia

Partikel energetik proton mencapai Bumi Selasa (24/1) malam waktu Indonesia. Menurut Clara Yono Yatini, Kepala Pusat Sains Antariksa Lapan, badai Matahari telah memengaruhi komunikasi radio antarstasiun milik Lapan hingga terjadi blackout.

Kondisi geomagnet di Indonesia terpantau di tujuh stasiun Lapan, yaitu di Kototabang, Sumatera Barat; Tanjungsari, Jawa Barat; Pontianak, Kalimantan Barat; Biak, Papua; Manado, Sulawesi Utara; Parepare, Sulawesi Selatan; dan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Hasil pantauan tidak menunjukkan gangguan berarti, kata Clara.

Thomas menjelaskan, flare ini merupakan yang pertama kali terpantau sejak Mei 2005. Kelas M yang mendekati kelas X, dampaknya akan kuat bila mengarah ke bumi.

Flare dari teropong di Bumi tampak berupa bintik hitam di permukaan Matahari dan akan meningkat menjadi letupan terang. Sinar-X yang terpancar dari letupan itu terekam pada satelit Geostationary Operational Environmental Satellite.

Flare diikuti lontaran massa dari korona Matahari. Yang menonjol adalah proton yang melesat dengan kecepatan 1.400 kilometer per detik.

Korona terdeteksi oleh wahana pemantau Matahari SOHO pada posisi antara Bumi dan Matahari berjarak 1.500.000 km dari Bumi (4 kali jarak Bumi-Bulan). "Partikel bermuatan dari Matahari itu tampak seperti hujan salju, berarti mengarah ke arah bumi," kata Thomas.

Anomali cuaca Matahari ini akan memengaruhi ionosfer. Lapisan ini digunakan untuk memantulkan gelombang pendek pada komunikasi radio. Komunikasi radio frekuensi HF akan terganggu, termasuk siaran radio luar negeri, seperti BBC, VOA, dan ABC. Navigasi berbasis satelit, seperti GPS, juga dapat terganggu akurasinya.

Badai Matahari berskala menengah tinggi ini berpotensi mengganggu operasional satelit, seperti satelit komunikasi. Bila gangguan tidak dapat diatasi oleh operator satelit, ada kemungkinan akan mengganggu telekomunikasi penggunaan telepon seluler, siaran TV, dan komunikasi data perbankan.

Namun, tidak benar radiasi dari Matahari itu akan berefek langsung bagi tubuh manusia. Juga tidak ada efek radiasi ketika berkomunikasi menggunakan telepon seluler. "Kalau ada berita itu hanya hoax," kata Thomas. Efek paparan proton hanya terjadi di wilayah kutub.

Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Prediksi Badai Matahari Paling Akurat Berhasil Dibuat

Ilmuwan di Goddard Space Flight Center NASA berhasil mengembangkan prediksi badai Matahari paling akurat. Penyimpangan (error) dalam prediksi tersebut hanya 13 menit. Prediksi itu berhasil dibuat untuk meramalkan waktu lontaran massa korona (CME) dari ledakan Matahari pada Senin (23/1/2012) pukul 10.59 WIB mencapai Bumi. 



Ledakan Matahari yang terjadi pada Senin (23/1/2012) pukul 10.59 WIB. 

"Kami memprediksi CME sampai pukul 09.18  dan kenyataannya CME sampai pukul 09.31, jadi prediksi kami cuma error 13 menit," kata Yihua Zheng, peneliti di Goddard Space Flight Center NASA. 

Berdasarkan Waktu Indonesia Barat, badai Matahari diperkirakan sampai ke Bumi pada Selasa (24/1/2012) pukul 21.18 WIB, dan nyatanya sampai pada pukul 21.31 WIB. Zheng, seperti dikutipSpace, Rabu (25/1/2012), menambahkan, "Biasanya model peramalan ini memiliki error sekitar 7 jam. Jadi ini adalah yang terbaik."

Perkiraan badai Matahari berhasil dibuat dengan mengandalkan data dari wahana Solar Dynamics Observatory, Solar Heliosphere Observatory (SOHO), dan STEREO.  "Dengan menggabungkan informasi dari beragam sudut pandang, kita bisa menentukan karakteristik CME dengan baik, seperti kecepatan dan arah. Kita masukkan dalam model dan kita dapat prediksinya," urai Zheng. 

Prediksi yang akurat amat penting. Dengan demikian, bisa dibuat peringatan dini akan dampak badai Matahari, seperti informasi meteorologi tentang hujan, badai, dan sebagainya. Saat ini, dan di masa depan, di mana penerbangan antariksa direncanakan, prediksi ini juga diperlukan untuk mengetahui wahana atau pesawat mana yang terancam.

Di luar angkasa, dampak badai Matahari bisa lebih besar. Contoh, radiasi sinar UV selama badai Matahari bisa meningkat ribuan kali dari biasanya.  

Tak ketinggalan dengan luar negeri, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pun turut serta mengamati aktivitas Matahari dan memperkirakan badai Matahari dan dampaknya. Ledakan Matahari pada Senin lalu menjadi catatan tersendiri karena masuk dalam kelas M-9 dan merupakan terbesar dalam 7 tahun terakhir, atau sejak tahun 2005.

Hingga 2013 mendatang, frekuensi terjadinya badai Matahari akan meningkat akibat aktivitas Matahari setiap 11 tahun sekali yang memuncak pada tahun tersebut.  Prediksi badai Matahari bisa memberi peringatan dini bagi warga Bumi. Warga Bumi harus waspada terhadap beragam konsekuensi, seperti terganggunya komunikasi dan navigasi.

Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...

Radiasi akibat Badai Matahari Tak Membahayakan Tubuh Manusia

Tidak usah khawatir dengan peringatan bahwa badai Matahari bisa menyebabkan radiasi yang dapat merusak tubuh manusia. Sebab, pada dasarnya radiasi akibat badai Matahari tidak menyebabkan gangguan semacam itu.

Foto yang diambil wahana the Solar Dynamics Observatory (SDO), menunjukkan ledakan Matahari tipe M9, Senin (23/1/2012). Ledakan tersebut menimbulkan badai yang melontarkan partikel berenergi tinggi ke sekitarnya termasuk ke Bumi.

"Badai radiasi Matahari dapat menyebabkan gangguan operasional satelit dan propagasi radio gelombang pendek, tetapi tidak mengganggu manusia di Bumi," demikian pernyataan badan antariksa AS, NASA, di situs webnya. Gangguan juga mungkin terjadi pada telekomunikasi seluler, siaran televisi, dan lainnya jika lontaran partikel listrik mengganggu satelit.

Penjelasan tersebut meluruskan informasi yang beredar di internet dan BlackBerry Messenger bahwa badai Matahari menciptakan radiasi yang meningkatkan suhu Bumi secara signifikan. Sejumlah orang khawatir karena di pesan tersebut ditambahkan peringatan bahwa radiasi bisa merusak kulit dan radiasi di telepon seluler.

Seperti diberitakan sebelumnya, telah terjadi ledakan Matahari pada bintik Matahari 1402, Senin (24/1/2012) pukul 10.59 WIB. Ledakan ini merupakan yang terkuat sejak tahun 2005, masuk dalam kelas M-9 alias sudah mendekati kelas tertinggi (X-Extreme).

Akibat ledakan, terlepas partikel berenergi tinggi dan lontaran massa korona (CME) yang sampai ke Bumi pada Selasa pukul 21.18 WIB +/- 7 jam. Badai matahari bergerak dengan kecepatan hingga 2.200 km per detik.

Badai Matahari tersebut juga menimbulkan aurora borealis atau cahaya warna-warni di langit belahan Bumi bagian utara saat lontaran partikel bermuatan listrik dengan energi tinggi memasuki atmosfer.


Sumber : kompas.com
»»  Baca Selengkapnya...